Menurut ILO (2018), kerja perawatan adalah kegiatan perawatan langsung maupun tidak langsung, kerja perawatan, seperti mengasuh anak, membersihkan rumah, merawat orang tua, memasak dan lainnya yang selama ini masih identik dengan peran perempuan dalam masyarakat. Kerja perawatan ada yang tidak dibayar (unpaid care work) dan ada yang dibayar (paid care work). Mengutip (Folbre 2006) masyarakat mengasumsikan bahwa kerja perawatan tak berbayar merupakan bagian dan tanggung jawab perempuan.
Stereotip gender yang telah mengakar membuat perempuan dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas pekerjaan domestik dan perawatan, sementara laki-laki lebih banyak diarahkan pada pekerjaan di ranah publik yang dianggap lebih produktif dan bernilai ekonomi. Marginalisasi perempuan dalam bidang ekonomi berakar dari sistem kapitalisme yang menempatkan perempuan sebagai tenaga kerja sekunder. Dalam struktur kapitalis, laki-laki diposisikan sebagai tenaga kerja utama (primer), sedangkan perempuan dianggap sebagai tenaga kerja cadangan atau pekerja kelas dua (secondhary). Akibatnya, perempuan sering kali menerima upah lebih rendah karena peran mereka tidak dipandang sebagai bagian inti dari angkatan kerja (Tong, 2014).
Perempuan dan Pekerjaan Perawatan
Seperti yang diketahui bahwa kerja perawatan kini semakin tinggi permintaannya dimana banyak perempuan-perempuan dari desa atau daerah terpencil bermigrasi ke kota atau pun luar negeri untuk bekerja dalam sektor perawatan yang selama ini tak terlihat atau dianggap hal biasa yang dilakukan oleh perempuan dalam rumah tangga. Namun, pekerjaan perawatan seringkali tidak diakui sebagai bagian dari sistem ekonomi formal. Kontribusi besar perempuan dalam pekerjaan perawatan dianggap sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan sosial, bukan sebagai pekerjaan yang memiliki nilai ekonomi. Akibatnya, pekerjaan ini sering tidak dibayar atau hanya dihargai dengan rasa ikhlas dan pengabdian, sementara dampaknya terhadap ekonomi makro sering diabaikan.
Kerja perawatan dalam konteks pasar ekonomi yang biasa dilakukan oleh perempuan dipandang bukan merupakan pekerjaan yang produktif dan tidak memberikan kontribusi kepada ekonomi. Padahal, pekerjaan ini menjadi fondasi bagi kelangsungan produktivitas tenaga kerja lainnya, baik dalam keluarga maupun masyarakat yang lebih luas. Tanpa pekerjaan perawatan, pekerja di sektor-sektor formal tidak akan mampu menjalankan aktivitas ekonomi mereka secara optimal. Namun, meskipun peran ini sangat penting, sering kali tidak ada pengakuan yang layak terhadap waktu, tenaga, dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan ini. Akibatnya, perempuan yang menjalani kerja perawatan seringkali terjebak dalam lingkaran ketidakadilan ekonomi yang sulit ditembus.
Selain itu, karena kerja perawatan dianggap sebagai pekerjaan alami perempuan, pekerjaan ini tidak mengalami perkembangan dalam hal profesionalisasi dan peningkatan keterampilan. Banyak perempuan yang terpaksa mengorbankan peluang karir mereka di sektor formal karena tuntutan pekerjaan perawatan di rumah yang tidak diimbangi dengan kebijakan dukungan yang memadai. Hal ini semakin memperkuat ketimpangan gender dalam dunia kerja dimana beban perawatan masih ditangguhkan pada perempuan.
Upah Rendah dan Kurangnya Pengakuan
Selain tidak diakui sebagai pekerjaan produktif, pekerjaan perawatan juga sering kali dieksploitasi oleh sistem patriarki yang membentuk masyarakat. Perempuan yang menjalankan tugas perawatan di rumah tangga jarang mendapatkan hak-hak seperti jaminan sosial, perlindungan kesehatan, dan kesempatan pengembangan diri. Mereka dianggap sebagai pekerja informal yang tidak memiliki kontribusi ekonomi langsung, sehingga tidak mendapat perlindungan hukum yang layak.
Mengutip (Poppy Ismalina, 2018), anggapan dalam masyarakat yang menempatkan perempuan di sektor domestik menyebabkan perempuan memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya seperti pendidikan, pelatihan, kontak sosial, layanan pemerintah, serta permodalan. Masih kerap terjadi diskriminasi pada perempuan sehingga segregasi pekerjaan berdasarkan gender membuat perempuan terpaksa menerima pekerjaan yang dianggap kurang produktif atau tidak memiliki nilai ekonomi seperti kerja perawatan.
Salah satu isu paling mendasar yang dihadapi oleh sebagian besar perempuan dalam pekerjaan perawatan adalah ketidakadilan upah. Meskipun pekerjaan perawatan memerlukan keterampilan khusus dan tanggung jawab yang besar, banyak pekerja perawatan yang mendapatkan upah yang jauh di bawah rata-rata, terutama jika dibandingkan dengan sektor pekerjaan lainnya yang tidak selalu memerlukan keterampilan yang sama. Upah yang rendah ini mencerminkan nilai sosial yang rendah yang diberikan kepada pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Dalam studi Oxfam (2020) melaporkan bahwa pekerja perawatan seringkali menghadapi situasi kerja yang tidak stabil dan upah yang tidak adil. Rata-rata upah per jam untuk pekerja perawatan di berbagai negara berkembang hanya berkisar antara $2 hingga $3, jauh di bawah upah minimum yang seharusnya. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa kerja perawatan tidak perlu ketrampilan yang tinggi sehingga upah yang diberikan sangat rendah secara ekonomi. Salah satu contohnya, pekerja rumah tangga (PRT) atau pengasuh anak (baby sitter) diupah lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang bukan pekerja perawatan seperti tukang, supir, dan lainnya.
Di negara berkembang, banyak perempuan yang menjalani kerja perawatan yang dibayar dengan upah kecil dan kemudian tetap harus menjalankan kerja perawatan di dalam rumah. Hal ini yang menjadikan beban ganda bagi perempuan. Ia turut menyumbangkan ekonomi pada keluarganya tetapi juga harus bertanggungjawab pada pekerjaan rumah tangga. Ketidakadilan dalam hal upah dan bahkan tenaga ini terus diproduksi yang kemudian menciptakan ketimpangan gender.
Beban kerja perawatan yang tidak dibayar yang dibebankan kepada perempuan mengakibatkan kualitas sumber daya perempuan lebih rendah karena menghambat perempuan untuk mendapatkan kesempatan atau peluang kerja yang digaji. Maka dari itu, perlunya pengakuan terhadap kontribusi kerja perawatan perempuan pada ekonomi dan juga perlu menghapus konstruksi bahwa pekerjaan perawatan bukan tanggungjawab perempuan saja melainkan tanggungjawab bersama.
0 comments